Rabu, 11 April 2012

Coretan Pendek : "KUTUNGGU KAU DI SUDUT KALBU"


Panas terik seraya membakar raga, itulah yang sedang dirasakan masyarakat Mesir pada saat itu. Tak terkecuali Abu mu’min beserta keluarganya. Mereka memang keluarga fakir, hidup serba kekurangan namun tak sedikitpun menyorotkan ketakwaan mereka pada Allah SWT. Mungkin karena kasih-Nya lah mereka masih bisa merasakan dunia yang fana ini, karena seringkali waktu mendapati mereka tak makan sampai 2 hari bahkan lebih. Hal demikian tak lantas membuat mereka putus asa, mereka percaya bahwa Allah ada untuk mereka.

Karena siang itu matahari begitu terik, seketika membuat anak dan istrinya Abu Mu’min kehausan.
Dengan tersendu-sendu si kecil berkata
 “Abi aku haus, adakah sekiranya satu tetes saja air untuk menghilangkan dahagaku ini?”.
 Setelah mendengarkan hal itu, dengan cepat Abu Mu’min bersegera membuka tas bawaannya, namun tak ada satu tetes airpun.  Dengan nada menenangkan
“wahai ananda bersabarlah , sesungguhnya karena kehendak-Nya lah kau merasakan hal itu maka hanya kepada-Nya lah kau meminta apa yang kau harapkan dan bersabarlah nak maka Allah akan menyayangimu”
Khumairah sang istripun mencoba menenagkan anaknya.
“ia betul nak yang dikatakan abi mu, bersabarlah sebentarlagi kita pasti akan mendapatkan air”
Tak ada alasan lain bagi Abu Masy’hur (anak dari Abu mu’min dan Khumairah) untuknya merengek karena apa yang dikatakan kedua orang tuanya benar dan ia haruslah bersabar.
Tidak hanya tinggal diam Abu Mu’min pun segera mencarikan air untuk keluarganya minum.
                                                            ##
Ketika sedang mencari air, Abu Mu’min mendapati  orang-orang yang sedang ramai membincangkan sesuatu, hanya terdengar samar-samar dari orang-orang yang berlalulalang mereka mengatakan berualangkali tentang perdagangan, karena rasa penasaran menghantui ,Abu Mu’min menghampiri orang-orang itu.
            “Asalamualaikum, maaf jika kalian berkenan memberitahukannya ,sebenarnya apa yang telah ramai diperbincangkan ? apa maksud dari perdagangan” tanya  Abu Mu’min.
            “Waalakumsalam, para warga telah mengetahui bahwa di daerah sebrang perdagangan sedang ramai-ramainnya, banyak warga sini merantau kesana dan berhasil” kata seorang yang hendak berlalulalalng.
            “Subhanaallah , terimakasih” tukas Abu Mu’min.

Setelah mendengar hal itu Abu Mu’min merasa terfikirkan apakah dia harus mencoba pergi kesebrang untuk mencari nafkah bagi keluargannya atau tidak. Namun Ia tak igin apabila keluargannya terus menjadi fakir maka ia mencoba membulatkan tekadnya untuk memohon izin pada istrinya untuk pergi kesebrang.

                                                            ##
            “Ini air minumnnya, cepatlah kau minum agar segera menghilangkan dahagamu, ingat jangan kau habiskan nak, sebagian lagi untuk berwudhu” dengan lelah Abu Mu’min menyodorkan air bawaannya.
Lalu Abu Mu’min menceritakan kepada Khumairah tentang informasi yang didapatinya tadi ketika ia mengambil minum.
            “Ummi, bagaimana apa ummi mengizinkan Abi pergi kesebrang?” Abu Mu’min berkata dengan penuh harap.
            Dengan penuh ikhlas dan lembutnya. “Abi , Ummi bagaimana Abi saja jika itu yang terbaik Insyaallah Ummi merestui”
            “Tapi Ummi, Abi bagaimana Ummi saja, jikalau Ummi berat hati tak apa mugkin Abi akan mencoba lagi dengan sekuat tenaga Abi untuk mencari nafkah disini”
            “Tidak Abi, Ummi Ikhlas tak ada salahnya Abi mencoba, mungkin jikalau rizki kita selama ini begitu sulit tuk didapati, mungkin kita harus menjemputnya, barangkali rizki itu Allah menghendakinya ada disebrang sana”
            “Subhanaallah, Ummi terimakasih atas izin mu. Abi sangat senang semoga keikhlasan mu ini diridhai Allah SWT”.
            “Amiin yaraabbana. Abi ini ada sedikit uang simpanan. Uang ini diberikan oleh para muzaki ketika mereka membagikan zakat, ini ummi simpan, ditakutkan jikalau ada keperluan mendesak sekiranya ini bisa di manfattkan. Ini uang untuk bekal Abi pergi ke Sebrang. Jangan Abi hamburkan, belikanlah barang yang sekirannya dapat dijual kembali”
            “Subhanaallah, terimakasih Ummi. Sebagian untuk Ummi saja untuk bekal Ummi dan Abu Masy’hur selama Abi pergi kesebrang.  Baik Abi tak akan menghamburkannya. Untuk modal nanti berjualan mungkin abi akan meminjam dari sohabat abi. Dan katanya mereka akan meminjami abi jikalau abi membutuhkannya.”
            “Baiklah abi jikalau uang ini dirasa tak cukup, Abi dapat meminjamnya dari sohabat abi, dan sebagian lagi akan Ummi simpan”.

Percakapan itu tak berlangsung lama , selang beberapa menit Abu Mu’min langsung memantapkan tekadnya untuk pergi ke sebrang besok pagi.
                                                            ##
Namun di hati Abu Mu’min tetaplah ada ragu akan keberangkatannya ke sebrang. Ia mengkhawatirkan keluarganya pabila ia tinggalkan. Mungkin akan lama tak jumpa, lama tak bercengkrama, ataupun bersama.
Segera Abu Mu’min menghampiri Khumairah yang saat itu sedang duduk bertasbih.
            “Ummi tak biasanya ummi bertasbih hingga selarut ini? Ada apa ummi?” tanya Abu Mu’min dengan penuh penasarana.
Denagan nada penuh haru,
“Abi, jujur saja Ummi khawatir pabila kita jauh, ummi akan rindu saat kita bersama,bercengkrama, melewati masa dengan penuh suka dan duka, untuk itu Ummi ingin menepis rasa itu dengan bertasbih, semoga saja ummi lebih ikhlas lagi melepas Abi”
Dengan nada penuh meyakinkan,
            “Ummi janganlah bersedih, kita hanyalah makhluk Allah yang senantiasa akan kembali lagi pada-Nya, serahkan segala sesuatunya hanya pada Allah, biarlah Allah yang mengatur jalan hati kita entah itu senang bahkan sedih. Pabila Ummi rindu pada Abi ucapkanlah tasbih, shalatlah dan mintalah pada-Nya keselamatan,perlindungan dan keridhaannya, niscaya Abi bersama-Nya dalam rindu-Nya bersemai dalam kolbu Ummi. Jikalau Abi Masy’hur rindu abi ajaklah ia shalat berjamaah dengan Ummi, yakinkan ia bahwa Abi ada dalam lindungan-Nya dan senantiasa selalu ada dalam kalbu ananda”
            “Insyaallah Abi, semoga keridhaan-Nya yang melindungi Abi, Ummi tunggu Abi disudut kalbu dan nantikan pula keluarga di sudut keridhaan-Nya”
                                                            ##
Hari keberangkatan Abu Mu’min kesebrang sudahlah tiba. Para keluarga melepas kepergian Abu Mu’min di sebuah dermaga, sebab kapal laut lah yang akan membawa Abu Mu’min beserta penumpang lainnya ke sebrang.
Sebelum keberangkatannya Abu Mu’min berkata pada Khumairah,
            “Ummi nantikan abi di sini disetiap sela waktu Ummi, Abi kan datang, apakah itu berupa  kabar ataupun abi yang akan datang”
            “Insyaalah Abi, jangan lupa ya Abi shalat 5 waktunya dan ibadah sunah lainnya. Dan Ummi akan setia menunggu abi bersama Allah SWT.”
            “Amiin, Insyaallah Ummi, Abi titip Abu Masy’hur bersama Ummi dan Allah”
Kapal pun mulai beranjak dari dermaga dan siap untuk berlayar mengarungi samudra.
Keluarga Abu Mu’min dengan senyum seadanya melepas kepergian Abu Mu’min dengan ikhlas.
                                                            ##
Setibanya di Sebrang Abu Mu’min bergegas mencari-cari tempat untuknya berdagang, ia mendapati modal dari sohabatnya. Sohabatnya itu satu kapal dengannya, ketika mereka dalam perjalanan Abu Mu’min merasa uang yang diberi istrinya tidaklah cukup. Lalu ia membulatkan hati untuk meminjam pada sohabatnya. Yang memang sohabatnya itupun akan hendak berjualan disebrang, namun ia rela membagi modalnya untuk sohabatnya.
Ketika disana mereka tinggal bersama dengan membangun rumah berdindingkan pelastik-pelastik bekas di pasar. Mereka berjualan saling berdampingan. Karena baru pertama kali berdagang Abu Mu’min tidak segan bertanya pada sohabatnya itu, dan dengan senang hati sohabatnya mau berbagi dengan Abu Mu’min.
Dagangan mereka laku pesat, dan mendapat keuntungan dua kai lipat dari modal yang mereka keluarkan.
            “Wahai sohabatku dagangan ini laku pesat, terimakasih atas bantuan mu. Mungkin sekarang aku bisa mengembalikan uang pinjaman itu padamu. Terimakasih semoga Allah lah yang membalas kebaikan mu itu.” Abu Mu’min berkata dan sambil menyodorkan sejumlah uang.
Jawab sohabatnya itu “Alhamdullah . Terimakasih pula kau senantiasa ada bersamaku dan mau pula berbagi dan semoga Allah pula yang membalas kebaikan mu”
            “Amiinnnn” jawab Abu Mu’min

Setelah selesai berdagang ia ingat akan keluarganya dengan segera ia mencari orang yang akan hendak pergi ke Mesir untuk menitipkan seuntai kabar dan sejumlah uang untuk istrinya. Namun ternyata tak ada seorangpun yang akan pergi ke daerahnya itu. Karena ia kepalang rindu dengan keluarganya ia bertekad menuliskan coretan kabar itu melalui sebuah kertas.
Setelah menulisnya ia pun mersa bingung untuk mengirimkan surat itu, entah itu melewati apa. Ketika ia berjalan-jalan dengan rona penuh kebingungan, ia menemukan sebuah kelapa tua. Ia bertekad melubangi kelapa tua itu dan membuang airnya. Lalu ia masukan secarik kertas dan sejumlah uang itu kedalam kelapa.
Dengan izin Allah SWT semoga kelapa ini tiba di seberang sana. Niscaya tak ada yang tak mungkin bagi-Nya. Dengan penuh keyakinan yang bertumpu pada Allah SWT ia menghanyutkan kelapa itu ke laut lepas.

Maha besar Allah, Khumairah  yang senantiasa mentaati ucapan suaminya. Setiap hari ia menunggu suaminya di dermaga, dan suatu ketika ia menemukan sebuah kelapa tua di lepas pantai, yang semakin keras ombak menghantamnya semakin cepat pula kelapa itu tiba di pesisir. Dan Khumairah melihatnya dan ia berniat untuk menjadikannya sebagai santan untuk penganan dirumahnya. Setelah ia lihat ternyata ada sebuah lubang yang tersumpal kain diantara bulatan kelapa itu. Karena penasaran Khumairah langsung membukanya dan ternyata ada secarik kertas dan sejumlah uang, lalu  kertas itu dibacanya. Subhanaallah, 

Ummi bagaimana kabar keluarga? Semoga senantiasa dalam lindungannya. Abi disini baik-baik saja. Maaf Abi hanya bisa menyampaikan kabar melalui secarik kertas ini, tak ada orang yang akan pergi ke Mesir sehingga Abi tak dapat menitipkan surat ini pada siapapun. Abi hanya bertumpu keyakinan pada Allah SWT.
Mungkin hal ini begitu bodoh Abi lakukan. Namun Abi percaya akan
Keagungan-Nya dan doa-doa dari ummi untuk abi.
Ummi Abi rindu keluarga namun Abi titipkan rindu abi pada Allah, semoga Allah telah menyemaikannya dalam kalbu Ummi dan Abu Masy’Hur.
Tetaplah berdoa pada-Nya jangan lupa pula bertasbih. Semoga kita dipertemukan lagi dalam bahagia-Nya dan ridha-Nya.
Bimbing Abi Masy’Hur dengan keikhlasan dan penuh cintamu,niscaya ia akan berbakti pada kedua orang tua dan selalu ada dalam ridha-Nya. Sampaikan pula maaf Abi yang tak mampu membimbingnya secara dekat, namun Abi selalu membimbingnya dalam doa-doa.
 Semoga kalian selalu ada dalam lindungan dan keridhaannya.
                                                                                   
                                                                                    Abu Mu’min


            “Subhanallah, bagi-Nya lah segala puji dan maha besar engkau.
Alhamdullah ya Rabbana jikalau Abi baik-baik saja. Sampaikanlah keadaan kami pada keteguhan hatinya bahwa kami baik-baik saja, amin, amin yarabbalalamin” ucap Khumairah dengan seuntai air mata dari matanya.
Lau ia bergegas menyampaikan hal ini pada Abu Masy’Hur.
                                                            ##

Disebrang sana Abu Mu’min mengetahui bahwa minggu ini akan ada kapal yang berlayar ke Mesir. Karena jarang sekali ada kapal ke daerah itu maka Abu Mu’min tak ingin menyi-nyiakan kesempatan itu. Dan ia rasa uangnya cukup untuk pulang dan diberikannya pada keluarga. Namun ketika tiba keberangkatannya pada waktu subuh ada kebakaran yang melanda sebuah gedung yang berda dekat dengan pasar tempat Abu Mu’min berjualan. Karena merasa khawatir dengan barang dagangannya terbakar maka ia bergegas pergi kepasar. Ketika ia tiba ternyata api telah membumbung tinggi, naas di sebuah gedung itu ada seorang anak yang belum terselamatkan. Tak ada orang yang berani menyelamatkan anak itu. Abu Mu’min merasa iba pada anak itu ia membayangkan seandainya Abu Masy’hur yang berada di sana, tentu ia tak kan rela dan ia akan menyelamatkannya. Tanpa ragu lagi meskipun banyak yang menghalangi namun Abu Mu’min tetap menerobosnya dan ia menyelamatkan anak itu, namun naas ketika ia berlari menghindari kobaran api ia tertindih reruntuhan kayu yang tumbang akibat kobaran api. Dan Abu Mu’min pun wafat pada saat itu juga.
Jerit sohabatnya “ Innalillah. Abu Mu’min semoga apa yang telah kau lakukan Allah meridhainya, karena sesungguhnya Allah maha tau”
Karena hari itu kapal akan berlayar ke Mesir maka mayat Abu Mu’min di bawa pada saat itu juga.

Di dermaga dengan hati berbaur tasbih, Khumairah senantiasa menunggu kabar dari suaminya, barangkali Abu Mu’min akan mengirimkan kabar, karena ia tau akan ada kapal dari sebrang yang merapat ke dermaga.
Tak lama titik hitam mengalun di sebuah lautan dan semakin cepat ia menampakan wujudnya. Dan ternyata itu adalah kapal dari sebrang yang berlabu di dermaga. Setelah kapal itu merapat di dermaga.
Khumairah segera menghampiri kapal itu, ia terheran-heran dengan orang-orang yang hendak keluar dari kapal itu, terdengar oleh Khumairah bahwa mereka meneybut-nyebut seseorang dengan ucapan subhanaallh, entah itu memuji orang itu. Tak lama sesosok pria menghampirinya dan ternyata ia adalah sohabatnya Abu Mu’min dalam perantauaannya.
            Ia berkata” Khumairah bersabarlah, Allah senantiasa meridhai apa yang telah diperbuatnya dan ia pergi dalam keadaan khusnulkhatimah, Insyaallah”
            Dengan nada kaget “Astagfirallah apa maksudmu? Apa yang terjadi dengan suamiku, semoga ia selalu dalam lindungannya”
            Jawab Sohabat itu” ia telah wafat Khumairah dan insyaallah ia selalu ada dalam lindungannya”
            “ Innalillah” rintih Khumairah.

Lalu sohabat Abu Mu’min menjelaskan semua kejadian itu hingga akhirnya Abu Mu’min wafat.
“ bersabarlah khumairah, ia wafat bejuang dijalan Allah, ikhlaskanlah ia seperti ia mengikhlaskan dirinya untuk berjuang didalam keridhaan-Nya”
Khumairah “Insyaallah karena itu pula yang selalu di ajarkan Abi, semoga Allah meridhainya dan melindunginya”
Khumairah “ Teruntuk suamiku, kau telah berjuang di jalan Allah semoga Allah meridhai mu. Demi Allah ummi ikhlas, semoga abi senantiasa diterima disisi-Nya,dalam ridha-Nya, dalam kerinduan-Nya. Niscaya abi akan selalu dihati kami, seperti doa abi pada Allah .”

Khumairah mengikhlaskan kepergian Abu Mu’min, ia tak menangis meskipun hatinya menangis. Ia berjanji pada Abu Mu’min bahwa ia akan tetap menjadi muslim yang tegar, karena sesungguhnya semuanya milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Jikalau ia lalai akan janjinya niscaya ia telah melukai hati suaminya. Ia selalu memegang janjinya , tak akan melupakan nasihatnya, dan selalu menjagannya di dalam keridhaan-Nya.


                                                                                    By :     Dyina (Zya QueenChocolate)

Bagi yang membacanya silahkan lampirkan komentarnya.

2 komentar: